************ Selamat Datang di www.webosite.blogspot.com ************

18 Januari 2011

Zhang Xin Berusaha Dari Nol Mencapai Sukses

Zhang Xin menghabiskan masa kecilnya di bangunan blok lantai lima yang suram di pinggiran Beijing, memakan nasi di warung yang berada di sebelah pekerja upahan. Sebagai seorang remaja, dia juga menghabiskan waktunya menjadi pekerja pabrik, bekerja selama 12 jam dalam toko yang terperangkap api di Hong Kong, menyimpan setiap sen uang yang dapat dia simpan.

Zhang lahir pada masa Revolusi Budaya (1966-1976). Keluarganya tinggal dalam gedung serbaguna yang dibangun oleh tim ayahnya, ibunya bekerja sebagai penerjemah. Zhang selalu pulang ke rumah dari sekolah pada saat makan siang. Semua bangunan berwarna abu-abu, orang-orangpun berpakaian abu-abu. Mereka tidak pernah memperhatikan langit, betapa biru dan luasnya. Di tempat tinggalnya tidak ada yang hidup sejahtera.

Di usia 20 tahun, dia mendapatkan paspor dan uang yang cukup untuk pergi ke Inggris, dimana dia diterima karena mendapatkan beasiswa, dia mendapatkan tempat pertama di sebuah universitas di Sussex, lalu ke Cambridge untuk menyelesaikan S2.

Dengan gelar S2-nya sebagai modal, dia mendapatkan pekerjaan pertamanya di Wall Street dengan Goldman Sachs. Tahun 1994 dia pulang ke China, terluka seperti kebanyakan warga asing di negara lain, untuk membuka lahan baru.

Seorang teman menyarankan agar dia melihat pasar property, dimana dia akhirnya bertemu dengan Pan Shiyi, yang berasal dari latar belakang yang lebih miskin daripada Zhang Xin.

Empat hari kemudian, Pan melamar wanita tersebut. bersama-sama mereka membuka lahan baru tahun 2007, yang akhirnya membuahkan hasil dari kerja keras mereka.

Sekarang, setelah kerja keras selama dua dekade, Zhang melihat dari tingkat atas dari salah satu bangunan megah di Beijing, dengan kepercayaan diri bahwa dia bukan hanya salah satu wanita terkaya di China tapi juga satu dari orang terkaya di dunia.

Zhang Xin dijuluki sebagai satu dari 10 wanita jutawan yang berhasil karena usaha sendiri, dengan pendapatan sekitar 20 M. Kekayaannya memang masih lebih sedikit jika dibandingkan beberapa orang terkaya di dunia lainnya, tapi kekayaannya sendiri sudah lima kali lipat dibandingkan Queen.

SOHO, perusahaan yang didirikannya bersama suaminya, banyak menghasilkan pemandangan indah yang dapat dilihat dari udara, teras atap bangunan, kaca yang futuristik, dan bangunan indah lainnya.

“Saya ingat ketika kami berjuang membayar gaji dan biaya bulanan, lalu pelan-pelan beranjak dari perusahaan yang berhutang, dengan pengeluaran yang diperhatikan secara seksama, lalu mendapatkan keuntungan lebih besar, dan saat itulah kami baru merasa lebih santai. Kami bahkan pergi dengan menggunakan penerbangan termurah.”

Tidak ada rambut yang dikeriting stylist, tidak ada Prada, tidak ada pakaian mewah pada CEO wanita ini yang berpenampilan rambut bob dan memakai pakaian musim panas yang sederhana. Jika memang dia memakai make up, maka tidak kelihatan, perhiasannya hanya berupa dua gelang emas tipis yang melingkar di tangannya.

Bahkan sekarang, dengan uang jutaan yang dia simpan, dia menolak penerbangan kelas satu, meskipun dia dapat dengan mudah membayarnya. “Ini bukan tentang kesanggupan, tapi tentang kesadaran,” katanya. “Ketika saya melihat berapa banyak penghasilan tante saya, saya berpikir, ‘Oh Tuhan’. Kelas bisnis cukup nyaman buat saya.”

“Kami tidak banyak melakukan kegiatan sosial. Pada akhir minggu biasanya saya melakukan peran orangtua, pergi ke turnamen football putra saya atau keluar mendaki Tembok Besar.” Jelasnya kemudian tentang kehidupannya.
Zhang dan suaminya merupakan contoh yang patut ditiru. Mereka pekerja keras dan menyimpan uang demi masa depan. Mereka berusaha mencukupkan diri dengan apa yang ada dan berusaha mencapai lebih. Mereka tidak neko-neko dan tidak membeli barang-barang yang mahal. Yang penting bagi mereka adalah hubungan mereka dengan keluarga.

sumber : jawaban.com

Tidak ada komentar: