
Manusia berencana, Tuhanlah yang menentukan. Itu benar, tapi di sisi lain kita harus tahu bahwa Tuhan berencana, manusialah yang menentukan. Ungkapan ini bukan hendak menyamakan manusia dengan Tuhan atau meremehkan kedaulatan Tuhan, sebaliknya ungkapan ini hendak menunjukkan bahwa manusia juga turut berperan dalam menentukan "takdir"nya sendiri. Alkitab berkata bahwa Allah sudah merencanakan yang baik bagi kita. Rencana Tuhan bagi kita adalah damai sejahtera dan hari depan yang penuh harapan, bukan rancangan kecelakaan(Yer.29:11). Rancangan-Nya bukanlah untuk menjadikan kita orang yang selalu susah, selalu menderita, selalu kekurangan, sakit-sakitan,dst. Sebaliknya, Allah ingin agar kita berhasil, mengalami kesejahteraan yang baik, hidup yang sehat dan kehidupan yang bahagia.
Kita yakin bahwa Tuhan merencanakan hal yang baik kepada kita, meski demikian manusialah yang akhirnya menentukan apakah rencana Allah yang baik itu bisa terjadi dalam hidup kita atau tidak. Kalau Tuhan merencanakan hal yang baik, mengapa saya sakit-sakitan? Karena kita memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Kalau Tuhan baik, mengapa ada bencana alam, banjir, dan tanah longsor? Sesungguhnya bencana-bencana tersebut disebabkan oleh ulah manusia sendiri yang tidak bisa menjaga kelestarian alam. Kalau Tuhan baik, mengapa saya miskin? Tuhan tidak akan membiarkan kita jadi miskin jika kita mau bekerja keras, tapi kemalasan kitalah yang membuat kita miskin. Ingatlah bahwa Tuhan sudah merencanakan yang baik untuk hidup kita, tapi diri kita sendiri juga punya peran dalam menentukan hal itu bisa terjadi atau tidak.
sumber : Spirit Motivator
Tidak ada komentar:
Posting Komentar